Ratusan warga Daerah Istimewa Yogyakarta menyaksikan gerhana bulan total dari Masjid Gede Kauman, Kota Yogyakarta, sekaligus melakukan ibadah shalat gerhana secara berjamaah, Sabtu (10/12) malam.
Di masjid tersebut, warga dapat menyaksikan secara langsung proses gerhana bulan dari sebuah layar cukup besar yang dipasang di halaman masjid atau mencoba melihat secara langsung dari sejumlah teleskop yang dipasang oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di halaman Masjid Gede Kauman.
"Ada sejumlah teleskop yang dihubungkan ke internet dan kemudian dilakukan video streaming untuk ditampilkan di layar sehingga masyarakat bisa mengamati proses tertutupnya bulan secara langsung," kata peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Gunawan Afiranto, yang melakukan pengamatan di Masjid Gede Kauman Yogyakarta, Sabtu malam.
Di layar yang dipasang, terlihat proses terjadinya gerhana meski disayangkan bulan tidak terlihat jelas karena tertutup awan. Di layar tersebut, bulan terlihat berwarna merah. Gunawan menjelaskan, proses tersebut terjadi karena ada pembiasan atmosfer bumi.
Peristiwa gerhana bulan total terjadi selama 51 menit dimulai pada 19.45 WIB dan puncaknya terjadi pada pukul 21.30 WIB
Di masjid tersebut, warga dapat menyaksikan secara langsung proses gerhana bulan dari sebuah layar cukup besar yang dipasang di halaman masjid atau mencoba melihat secara langsung dari sejumlah teleskop yang dipasang oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di halaman Masjid Gede Kauman.
"Ada sejumlah teleskop yang dihubungkan ke internet dan kemudian dilakukan video streaming untuk ditampilkan di layar sehingga masyarakat bisa mengamati proses tertutupnya bulan secara langsung," kata peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Gunawan Afiranto, yang melakukan pengamatan di Masjid Gede Kauman Yogyakarta, Sabtu malam.
Di layar yang dipasang, terlihat proses terjadinya gerhana meski disayangkan bulan tidak terlihat jelas karena tertutup awan. Di layar tersebut, bulan terlihat berwarna merah. Gunawan menjelaskan, proses tersebut terjadi karena ada pembiasan atmosfer bumi.
Peristiwa gerhana bulan total terjadi selama 51 menit dimulai pada 19.45 WIB dan puncaknya terjadi pada pukul 21.30 WIB
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Lampung Ngaliman Marzuki mengutarakan, umat Islam tidak boleh menebak-nebak atau mendahului kehendak Tuhan terkait fenomena gerhana bulan ini. Dikatakan Ngaliman, kejadian semacam itu hanyalah siklus alam yang sepatutnya disikapi secara wajar. Kendati demikian, Ngaliman menilai ada yang menarik dari kejadian gerhana bulan ini. Dimana muncul pada bulan Muharram atau tahun baru Islam.
Menyikapi gerhana sendiri, umat Islam menurutnya harus mengambil hikmah untuk semakin mendekatkan diri dan menghambakan diri dengan Sang Pencipta. Ngaliman menganjurkan umat muslim melakukan salat gerhana bulan (kusuf). Pelaksanaannya sendiri, terus Ngaliman, lazimnya dilakukan di masjid.
"Kami menganjurkan untuk melaksanakan salat kusuf. Waktunya mulai pada saat gerhana bulan muncul sampai selesai (hilang). Itu adalah sunah Rasul," kata Ngaliman kepada Tribun, Jumat (9/12/2011) malam.
Mengenai jumlah rakaatnya sendiri, menurutnya setiap umat muslim mempunyai cara masing-masing. "Bagi umat Islam, khususnya NU semuanya sudah mafhum jika itu (dilaksanakan) bermakmum. Cara- caranya sudah ada masing-masing," terangnya.
Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Lampung H Nurvaif Chaniago juga menganjurkan umat Islam khususnya warga Muhammadiyah untuk melakukan salat gerhana. Dimana pelaksanaan salat lazimnya dilakukan secara berjamaah. Ini karena adanya kutbah.
Menurut Nurvaif, umat Islam tidak boleh mengait-ngaitkan fenomena ini dengan hal-hal yang tidak wajar. "Jangan dikait-kaitkan dengan klenik dan sejenisnya. Disikapi secara wajar saja,"
Menyikapi gerhana sendiri, umat Islam menurutnya harus mengambil hikmah untuk semakin mendekatkan diri dan menghambakan diri dengan Sang Pencipta. Ngaliman menganjurkan umat muslim melakukan salat gerhana bulan (kusuf). Pelaksanaannya sendiri, terus Ngaliman, lazimnya dilakukan di masjid.
"Kami menganjurkan untuk melaksanakan salat kusuf. Waktunya mulai pada saat gerhana bulan muncul sampai selesai (hilang). Itu adalah sunah Rasul," kata Ngaliman kepada Tribun, Jumat (9/12/2011) malam.
Mengenai jumlah rakaatnya sendiri, menurutnya setiap umat muslim mempunyai cara masing-masing. "Bagi umat Islam, khususnya NU semuanya sudah mafhum jika itu (dilaksanakan) bermakmum. Cara- caranya sudah ada masing-masing," terangnya.
Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Lampung H Nurvaif Chaniago juga menganjurkan umat Islam khususnya warga Muhammadiyah untuk melakukan salat gerhana. Dimana pelaksanaan salat lazimnya dilakukan secara berjamaah. Ini karena adanya kutbah.
Menurut Nurvaif, umat Islam tidak boleh mengait-ngaitkan fenomena ini dengan hal-hal yang tidak wajar. "Jangan dikait-kaitkan dengan klenik dan sejenisnya. Disikapi secara wajar saja,"
0 komentar:
Posting Komentar