Aksi topeng monyet yang kerap dijadikan alat untuk mengemis di perempatan, diprotes oleh puluhan warga negara asing (WNA) yang tinggal di Jakarta. Mereka berunjuk rasa di Balaikota, Monas dan Bundaran Hotel Indonesia.
"Kami dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), meminta pemerintah DKI Jakarta membebaskan ibukota dari topeng monyet. Bisa memulai dengan merazia untuk selanjutnya dapat mengeluarkan SK atau Perda yang melarang kehadiran topeng monyet," kata juru bicara JAAN, Benfika disela-sela aksi di Bundaran HI, Jl MH Thamrin, Minggu (18/9/2011).
Warga asing ini mulai dari usia remaja hingga orangtua yang berasal dari sekolah internasional Jakarta International School (JIS) dan Gandhi's School. Para pengunjukrasa menilai, monyet hanya dijadikan objek eksploitasi dan menjadi modus untuk mengemis.
"Alasan kami karena topeng monyet menyiksa binatang. Faktanya, topeng monyet di pinggir jalan mengganggu ketertiban umum, banyak pejalan kaki menjadi takut. Topeng monyet hanya modus untuk mengemis. Harusnya bisa dikenakan Perda larangan mengemis," terang Benfika.
Aksi ini dimulai di Balaikota DKI Jakarta, lalu dilanjutkan di Monumen Nasional (Monas). Setelah itu, mereka berjalan kaki ke HI dengan membawa poster penolakan topeng monyet.
"Stop topeng monyet! Stop monkey torture! Get the monkey out of this!" ucap para pendemo seperti terbaca dalam berbagai posternya.
"Topeng monyet bukan budaya. Sebagian menganggap lucu, namun di balik kelucuan ada penyiksaan yang dialami monyet," kritik pendemo. detiknews
"Kami dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN), meminta pemerintah DKI Jakarta membebaskan ibukota dari topeng monyet. Bisa memulai dengan merazia untuk selanjutnya dapat mengeluarkan SK atau Perda yang melarang kehadiran topeng monyet," kata juru bicara JAAN, Benfika disela-sela aksi di Bundaran HI, Jl MH Thamrin, Minggu (18/9/2011).
Warga asing ini mulai dari usia remaja hingga orangtua yang berasal dari sekolah internasional Jakarta International School (JIS) dan Gandhi's School. Para pengunjukrasa menilai, monyet hanya dijadikan objek eksploitasi dan menjadi modus untuk mengemis.
"Alasan kami karena topeng monyet menyiksa binatang. Faktanya, topeng monyet di pinggir jalan mengganggu ketertiban umum, banyak pejalan kaki menjadi takut. Topeng monyet hanya modus untuk mengemis. Harusnya bisa dikenakan Perda larangan mengemis," terang Benfika.
Aksi ini dimulai di Balaikota DKI Jakarta, lalu dilanjutkan di Monumen Nasional (Monas). Setelah itu, mereka berjalan kaki ke HI dengan membawa poster penolakan topeng monyet.
"Stop topeng monyet! Stop monkey torture! Get the monkey out of this!" ucap para pendemo seperti terbaca dalam berbagai posternya.
"Topeng monyet bukan budaya. Sebagian menganggap lucu, namun di balik kelucuan ada penyiksaan yang dialami monyet," kritik pendemo. detiknews
0 komentar:
Posting Komentar