Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Waroeng Pecel Cabean Yang Khas

Written By Admin on Senin, 11 Juli 2011 | 22.43


Warung makan terus bertumbuhan di Yogya, termasuk di Jalan Parangtritis, Bantul. Ada yang biasa, seperti warung soto, mi ayam dan sate, ada juga yang tampil khas. Salah satu warung makan yang khas adalah Waroeng Pecel Cabean.

Menurut salah seorang pegawainya, Pak Surya, warung ini dibuka pada Agustus 2009. Meski tergolong baru namun kata ‘warung’nya menggunakan ejaan lama Van Ophuijsen, yang berfonem ’oe’. Warung ini memang terkesan ingin menampilkan nuansa tempo dulu. Selain itu, rumah makan ini juga berangkat dari nuansa Jawa, baik dalam menu andalannya, maupun dalam dekorasi dan suasananya.

Sedikitnya ada tiga hidangan khas Jawa di warung ini. Yang diandalkan sesuai dengan namanya tentu saja pecel. Pecel Cabean, menurut Pak Surya, merupakan racikan khas warung ini. Rahasia, kata Pak Surya, saat ditanya soal bumbunya.
 
Tampilan pecelnya seperti lazimnya pecel pada umumnya. Sayuran bayam, wortel, toge dan kacang panjang. Ditambahi potongan empal yang dipotong kotak-kotak, ditaburi bawang goreng. Di atasnya dua potong lempeng karak. Pecel ini memang layak jadi andalan, terutama sambel pecelnya yang terasa benar kacangnya. Cocok dipadu dengan empal yang manis, plus karak yang ”fungsinya” sedikit meredam rasa manis empal. Rasa manis, gurih dan sedikit asin bercampur jadi satu yang, walhasil, memang sedap.
 
Hidangan khas andalan berikutnya adalah gudeg manggar. Gudeg ini tidak terbuat dari nangka muda tetapi dari bunga pohon kelapa yang disebut manggar. Bersama manggar, ada krecek, telur, ketimun, dan sambal terasi. Rasa manggarnya gurih dan tidak terlalu manis.

Sedangkan brongkosnya dibuat sebagaimana lazimnya. Di atas lembaran daun pisang, sayur kuah khas Yogya ini memuat potongan daging sapi, tahu goreng, kacang tolo, kulit dan daun melinjo, serta taburan bawang goreng. Keluweknya cukup menyengat dalam kuah yang cukup kental. Rasa pahit kluwek cocok mengimbangi rasa manis kuah brongkos.

Harga pecelnya Rp 20.000, nasi brongkos Rp 9.000. Sedangkan harga nasi gudeg manggarnya Rp 15.000. Jika ditambah daging ayam harganya berkisar antara Rp 20.000 untuk kepala atau sayap hingga Rp 26.000 untuk gending atau mentok.

Hidangan Jawa lainnya adalah baceman tahu, tempe dan empal. Disiapkan juga toples-toples berisi rempeyek, krupuk, kacang, dan sebagainya. Pada setiap Sabtu dan Minggu disediakan jajan pasar basah.

Menu makanan umum lainnya adalah aneka sup, mie dan sayur, bakaran, seafood dan masakan bernuansa oriental.

Yang menarik, selain minuman tradisional Jawa seperti beras kencur, teh poci dan semacamnya, ada pula limun zaman dulu. Mereknya Ay-Hwa, yang terdiri dari empat rasa, yakni sarsaparrila, frambozen, citroen dan jeruk. Limun buatan Yogyakarta ini dikemas dalam botol dengan tutup botol yang unik. Tutup botolnya dikaitkan dengan kawat yang melingkar di leher botol. Untuk membukanya, tinggal menekan kawat dan tutupnya akan terbuka dan menggantung.

Suasana Jawa juga dibangun dengan gending Jawa yang senantiasa mengalun. Dekorasi dan interiornya serba kayu dan batu bata yang tak dilepo. Kebetulan pemilik warung ini, kata Pak Surya, juga seorang pengusaha mebel sehingga memahami estetika produk kayu. Di bagian dalam, terdapat ruang makan ala ”kampung” dengan bangku-bangku panjang.

Dipajang pula foto-foto Yogya pada masa lalu. Ada bangunan Stasiun Tugu pada tahun 1887, Vredeburg (1906), Pasar Beringharjo (1910), Gedung BNI (1925), dan lainnya. Ada lokasi Kauman pada tahun 1888, serta Jalan Malioboro pada tahun 1901, 1936 dan 1957.

Meskipun bernuansa kuno dan Jawa, pengunjung dimanjakan dengan teknologi modern, yakni fasilitas berinternet. Ada tiga buah PC yang bisa dipakai dengan cuma-cuma.

Sesuai dengan namanya, rumah makan ini terletak di bilangan Cabean, Sewon, Bantul., tepatnya di Jalan Parangtritis Km 7, di selatan Kampus ISI. Satu lagi rumah makan bernuansa Jawa telah hadir.
sumber:tembi.org

0 komentar:

Posting Komentar