Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Wahh? Ada Obat Mengatasi Kesepian

Written By Admin on Rabu, 29 Juni 2011 | 02.00


Seperti yang kita ketahui, setiap sesuatu biasanya di dahului dengan penyebab, bahkan kadang banyak penyebab, begitupun dengan kesepian. Sebagian orang mungkin tidak mengetahui apa penyebab dari rasa kesepian tersebut.  Merasa kesepian, padahal mereka sendiri berada di tengah-tengah keramaian. Terkadang pula, ingin sekali melakukan segala sesuatu sendiri, tak ingin merepotkan orang lain. 

Perasaan kesepian tersebut dapat juga bersumber dari hilangnya makna hidup, "The Meaning of Life." Secara fitri, manusia memiliki kebutuhan akan makna hidup. Makna hidup dimiliki oleh seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan merasa mampu dan telah mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. 

a. Merasa sepi di tengah keramaian?

Apakah anda pernah merasa kesepian, padahal anda sedang di tengah keramaian, sedang berjalan-jalan di Mal, menghadiri suatu seminar, atau sedang sibuk bekerja dikejar dead line? Pernahkah anda merasa sendiri, tak ada teman untuk berbagi, atau betul-betul ingin lari dari situasi saat ini yang terasa menekan? Jika anda mempunyai perasaan seperti tersebut, berhati-hatilah, karena rasa kesepian dapat merusak kesehatan (Forum Keadilan, 2007).

Kesepian merupakan salah satu bentuk kesedihan. Kesepian menurut ilmu psikologi merupakan perasaan terkucil, penuh kesedihan karena merasa dirinya hanya hanya hidup seorang diri. Rasa sepi ini berasal dari hati, sehingga lingkungan pekerjaan yang sibuk dan teman-teman di sekelilingpun, tak akan mampu mengusir rasa sepi (Forum Keadilan, 2007). Selanjutnya dijelaskan pula, bahwa rasa kesepian ini banyak melanda wanita karir dan profesional muda.

b. Kesepian dilihat dari sudut kesehatan.


Dalam ilmu psikoterapi, hanya ada satu penyebab penyakit, yaitu gangguan dalam pergaulan. Dan pergaulan telah dimulai sejak bayi dilahirkan. Lukman, Berger menjelaskan bahwa menjadi tua merupakan beban bagi banyak orang, karena pertambahan umur disertai dengan kehilangan banyak peranan. Sedangkan Ruddock (dalam Roles and Relationship) berpendapat, bahwa hidup sosial merupakan aktivitas orang yang membutuhkan peranan, dan mencari orang yang bersedia memainkan peranan yang komplementer (Anna A., M.Sidharta, dan M.A.W. Brouwer, 1980).

Forum K. menjelaskan, bahwa penelitian di Inggris mengungkapkan, usia paruh baya adalah usia yang paling sering merasa kesepian. Lebih dari sekitar 75% orang dewasa merasa kesepian, dengan rata-rata usia 40 tahun an adalah usia yang paling mengalami kesepian. Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam Journal of Clinical Nursing meneliti sekitar 1300 orang dengan kisaran usia di atas 18 tahun di Australia, menemukan bahwa rasa kesepian sangat jarang dijumpai pada usia remaja dan usia di atas 50 tahun. Hasil penelitian tersebut belum dapat dikatakan final, karena tak semua orang menganggap kesendirian atau kesepian itu sebagai hal yang negatif, bahkan ada beberapa orang yang memilih kesunyian sebagai bagian dari hidup mereka, seperti yang diungkapkan DR. Athur Cassidy dari Belfast Institute.

Survei tersebut menemukan bahwa mereka yang memiliki keyakinan iman yang kuat cenderung lebih suka hidup menyepi, tak peduli usia mereka. Dalam hal ini wanita yang menempati posisi paling banyak untuk memilih hidup membaktikan diri pada keyakinan mereka, dan sangat jarang sekali para wanita ini mengeluh dengan kesendirian mereka.

c. Bagaimana cara mengatasi agar tak merasa kesepian?

Dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesepian tak hanya melanda orang yang telah berumur tua. Bahkan bagi orang tua, yang memiliki iman kuat, dan membaktikan diri pada keyakinan mereka untuk menyepi, jarang mengeluh tentang kesendirian mereka.

Apa artinya?

Bahwa rasa sepi sangat dipengaruhi oleh sifat seseorang, dan adaptasi terhadap faktor lingkungan. Jika seseorang mempunyai sifat yang selalu menginginkan adanya orang lain, keinginan untuk mendapatkan peranan, maka risiko untuk kesepian akan lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan orang yang supel (mudah berteman), mandiri, mempunyai keimanan dan keyakinan kuat, sehingga ada atau tiadanya teman tak ada pengaruhnya. Apalagi jika orang tersebut mempunyai hobi dan bisa menyibukkan diri sendiri, seperti membaca, menulis, aktif pada kegiatan sosial, dsb nya. Hal ini terlihat, mengapa dari hasil penelitian, rasa kesepian sangat jarang dijumpai pada usia remaja dan di atas usia 50 tahun.

Usia remaja adalah masa-masa sangat senang bergaul bersama teman, sedang usia di atas 50 tahun, pada umumnya telah siap dengan apa yang akan dilakukan pada masa usia pensiun. Walau demikian tak berarti usia remaja dan usia di atas 50 tahun tak ada yang mengalami rasa kesepian.

Apa yang sebaiknya dilakukan agar tak terserang rasa kesepian?

    Melakukan kesibukan sesuai hobi, karena kesibukan yang dilakukan sesuai hobi akan mendorong rasa gembira.
    Melakukan aktifitas yang tak selalu tergantung ada tidaknya orang lain, seperti: membaca, menulis, berkebun dsb nya
    Ikhlas dalam melakukan sesuatu. Apabila sesuatu dilakukan secara ikhlas, apapun hasilnya, tidak akan membuat penyesalan.

    Jadi, jika kita ingin terhindar rasa sepi, dekatilah Allah yang memiliki hati kita. Bermesraanlah dengan Allah dan nikmati kebersamaan kita dengan Allah dengan banyak berzikir. Sifat pemalu atau tidak pemalu,  banyak atau sedikitnya teman, menikah atau tidak menikah, bukan faktor utama seseorang terhindar dari rasa kesepian.  Semoga hati kita selalu mendapat "Nur", cahaya dari Allah, sehingga jauh dari rasa kesepian dalam hidup ini. Amin.

Dari tulisan di atas, berhati-hatilah jika rasa sepi menyerang, karena dapat merusak kesehatan maupun jiwa seseorang. Apa yang akan anda lakukan agar tak merasa sepi? Setiap orang pasti punya cara yang berbeda-beda untuk mengusir rasa sepi, dan semua itu tergantung dari apakah diri kita mampu merubah suatu keadaan.
Sumber bacaan:

    Anonymous. “Kesepian merusak kesehatan”. Majalah Forum Keadilan no.22 tanggal 23 September 2007 hal.70-71.
    Anna Alisyahbana, M.Sidharta, M.A.W. Brouwer. “Menuju Kesejahteraan Jiwa.” PT Gramedia, Jakarta, 1980.

0 komentar:

Posting Komentar