Malioboro masih menjadi ikon Kota Yogyakarta, bahkan ada yang bilang kalau belum ke Malioboro itu sama saja belum ke Jogja. Malioboro adalah nama jalan di pusat kota Jogjakarta, dekat sekali dengan stasiun Tugu, Kraton Yogyakarta, Museum Vredenburg, Gedung Agung, dan Pasar Bringharjo. Jika Kraton terkenal sebagai wisata budaya dan sejarah, maka Malioboro lebih terkenal sebagai wisata belanja. Ya, jika anda berkunjung ke Jogja puaskanlah hasrat belanja anda di Malioboro !! hehe. Namun tetaplah hati-hati kalau belanja di Malioboro, jangan sampai anda harus membayar beberapa kali lipat dari yang sepantasnya anda bayar.
Beberapa tips jika anda akan belanja ke Malioboro:
1. Tawar. Ini adalah langkah yang harus anda lakukan ketika membeli barang di pedagang kaki lima di Malioboro dan Pasar Beringharjo. Biasanya kita bisa menawar sampai separuh harga. Misalnya celana pendek ditawarkan 30ribu, tawar saja 15ribu. Kalau tidak dikasih, naikkan sedikit saja. Kalau tetap tidak dikasih? Tinggalkan saja, siapa tahu pedagang itu akan berubah pikiran. Biasanya trik terakhir tadi sukses untuk mendapatkan barang dengan harga yang kita inginkan.
2. Bandingkan harga barang di penjual yang satu dengan yang lain. Di Malioboro ada banyak sekali penjual batik, mulai dari kaki lima hingga toko yang megah. Ketika anda memasuki sebuah toko dan tertarik dengan sehelai batik, cobalah berkeliling ke toko lain. Siapa tahu anda akan mendapatkan batik dengan motif serupa namun dengan harga lebih murah.
3. Jika anda bermaksud untuk mencari tempat makan lesehan, cari tempat makan yang memasang daftar harga. Atau kalau memang tidak ada, coba tanyakan harga makanan disana.
4. Hati-hati dengan barang bawaan anda, siapa tahu ada pencopet yang sedang mengintai anda.
Di pedagang kali lima sepanjang jalan Malioboro adalah tempat untuk mendapatkan oleh-oleh khas Jogja dengan harga terjangkau. Tapi jangan salah, bila tidak teliti Anda bisa mendapatkan barang dengan harga 3 kali lipat lebih mahal. Tertarik belanja di pedagang kali lima sepanjang 1 kilometer itu?
Nasionalisme
Boleh percaya boleh tidak, berkomunikasi dengan bahasa Jawa dengan penjual akan lebih mempermudah kita mendapatkan harga yang miring. Pengalaman saya dengan seorang penjual muda (udah muda, cantik, murah senyum lagi, pokoke bening dah!), harga yang dia pertahankan akhirnya 'luntur' setelah saya mengucapkan kalimat sakti
"gak bisa kurang mba?"
"itu sudah pas mas, monggo kalau mau dikurangin dikit harganya"
"tetep mba saya tawar segitu"
"wah gak bisa mas, tambahin 2 ribu aja"
"wah mba e iki, jape methe koq!"
"oh jape methe to? Yo wis monggo"
(jape methe dalam bahasa walikan Jogja berarti cahe dhewe atau temen sendiri sesam orang Jogja. Jangan gunakan cara ini bila pedagang terlihat sudah berumur agar tidak mengurangi rasa sopan kepada orang tua)
Rule of Third
Dalam dunia fotografi aturan ini digunakan untuk komposisi pengambilan gambar. Tapi untuk belanja di Malioboro aturan yang saya bikin sendiri ini ternyata cukup ampuh untuk menekan harga beli.
Silakan menawar harga barang yang akan dibeli dengan kisaran 50% hingga 30% dari harga yang diajukan, tergantung dari jenis barang. Bila sang penjual kasih harga Rp. 40,000 misalnya, silakan tawar hingga Rp. 15,000.
Jual Mahal
Bila angka tawaran tadi tidak berhasil, silakan tinggalkan tempat Anda bertransaksi. Ini hanya trik, pasang pendengaran Anda baik-baik saat mulai beranjak pergi.
Bila si penjual terpancing, penjual akan berteriak memanggil Anda untuk memberikan penawaran terakhir. Bila Anda keukeuh, Anda akan mendapatkan harga yang Anda ajukan.
Bila penjual tidak memanggil Anda berarti tawaran Anda 'keterlaluan', silakan cari tempat lain.
Dengan jurus-jurus di atas saya berhasil membawa pulang miniatur helikopter kayu seharga Rp. 35,000 dengan membayar Rp. 10,000, baju tidur seharga Rp. 35,000 dengan membayar Rp. 15,000 dan miniatur sepeda besi seharga Rp. 200,000 saya tawar Rp. 60,000 dan berhasil saya dapatkan dengan harga Rp. 70,000.
Sebenarnya proses menawar hingga 30% wajar saja mengingat harga asli yang memang murah. Pedagang sengaja menaikkan harga dengan mendompleng nama Malioboro yang telanjur terkenal. Terlebih bila calon pembeli berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahkan turis asing.
Beberapa barang tadi bisa saja saya tawar lebih rendah, tapi koq ya gak tega. Ya, itung-itung bagi rejeki.
Silakan coba resep di atas, dijamin 99% berhasil. Bila setelah mencoba beberapa kali ternyata gak berhasil juga, maaf Anda kurang beruntung. Berarti Anda termasuk yang 1%. he…he...he...
Bila angka tawaran tadi tidak berhasil, silakan tinggalkan tempat Anda bertransaksi. Ini hanya trik, pasang pendengaran Anda baik-baik saat mulai beranjak pergi.
Bila si penjual terpancing, penjual akan berteriak memanggil Anda untuk memberikan penawaran terakhir. Bila Anda keukeuh, Anda akan mendapatkan harga yang Anda ajukan.
Bila penjual tidak memanggil Anda berarti tawaran Anda 'keterlaluan', silakan cari tempat lain.
Dengan jurus-jurus di atas saya berhasil membawa pulang miniatur helikopter kayu seharga Rp. 35,000 dengan membayar Rp. 10,000, baju tidur seharga Rp. 35,000 dengan membayar Rp. 15,000 dan miniatur sepeda besi seharga Rp. 200,000 saya tawar Rp. 60,000 dan berhasil saya dapatkan dengan harga Rp. 70,000.
Sebenarnya proses menawar hingga 30% wajar saja mengingat harga asli yang memang murah. Pedagang sengaja menaikkan harga dengan mendompleng nama Malioboro yang telanjur terkenal. Terlebih bila calon pembeli berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahkan turis asing.
Beberapa barang tadi bisa saja saya tawar lebih rendah, tapi koq ya gak tega. Ya, itung-itung bagi rejeki.
Silakan coba resep di atas, dijamin 99% berhasil. Bila setelah mencoba beberapa kali ternyata gak berhasil juga, maaf Anda kurang beruntung. Berarti Anda termasuk yang 1%. he…he...he...
0 komentar:
Posting Komentar