Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Apa Yang Menjadi Kesalahan Umum di Bulan Ramadhan?

Written By Admin on Rabu, 03 Agustus 2011 | 01.22

 
Seperti kita ketahui bersama bahwa Ramadan adalah bulan yang penuh dengan kebaikan, bulan yang penuh dengan ampunan, bulan yang penuh berkah, bulan yang Insya Allah membawa manusia dalam taraf keimanan yang paling tinggi.

Berbagai kebaikan yang kita kerjakan di bulan Ramadan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah? Jika kita mengerjakan ibadah sunnah, maka ganjarannya akan sama dengan mengerjakan ibadah wajib di hari-hari lainnya. Dan bila kita mengerjakan ibadah wajib, maka Allah akan mengganjarnya dengan pahala 700 kali lipat dari pahala di hari-hari biasa. Belum lagi janji ampunan dari Allah bagi kita. Plus door prize malam Lailatul Qadar di 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Namun sayangnya banyak sekali orang yang tidak memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya. Ramadan hanyalah menjadi sebuah ritual menjelang lebaran, tanpa memiliki dampak apapun bagi kondisi keimanan kita.

Berikut adalah kesalahan-kesalahan umum dalam memaknai Bulan Ramadan:
  • Uang belanja bertambah
Salah satu hikmah puasa adalah agar kita bisa berempati dengan kesusahan yang dirasakan oleh kaum fakir miskin. Bagaimana lapar dan dahaganya kaum fakir dan miskin. Beruntungnya, kita masih yakin kapan kita akan makan, kita hanya menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Setelah itu kita masih bisa makan sepuasnya, sedangkan bagi kaum fakir miskin mungkin mereka harus berpuasa tanpa tahu kapan mereka memiliki uang untuk membeli makanan pengganjal perut.

Dengan merasakan empati yang sama seperti yang diraskan oleh fakir miskin, maka kita akan lebih mensyukuri hidup kita. Kita menjadi lebih peduli untuk berbagi dengan sesama.
  • Berpuasa tetapi tidak shalat
Banyak sekali orang yang menjalankan perintah puasa, tetapi mangkir dalam ibadah shalat. Alasan untuk mangkir dari shalat pun beragam, ada yang karena tertidur ada yang karena terlalu asyik kongkow-kongkow bersama teman dalam rangka buka bersama. Percuma saja menahan lapar dari terbit fajar hingga terbenam matahari kalau tidak shalat. Bukankah shalat itu tiang agama. Bahkan shalat adalah rukun Islam kedua sebelum puasa. Amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat.
  • Menghabiskan waktu berpuasa dengan tidur, menonton TV, mengobrol, atau membaca bacaan-bacaan yang tidak Islami
Beberapa orang menghabiskan waktu dengan menonton televisi seharian sambil menunggu maghrib. Padahal tidak semua stasiun TV mengisi bulan Ramadhan dengan tayangan positif dan belum semua stasiun TV menjadikan Ramadhan sebagai bulan mulia dengan memperbanyak tayangan positif. Sekalipun program acara yang dibesut bertajuk Ramadhan, namun tetap saja tayangannya tak jauh dari parade banci, banyolan tidak mendidik, mengandung kekerasan fisik dan tekanan psikis, dan hal-hal lain yang sangat jauh dari nuansa Islami.
  • Ngabuburit di mal tanpa maksud dan tujuan yang jelas
Daripada menghabiskan waktu di mal untuk window shopping atau kongkow-kongkow lebih baik di masjid mengkhatamkan bacaan Al Quran atau memperbanyak ibadah sunnah. Kita tidak perlu capek, atau tergoda untuk membatalkan puasa. Mata kita tidka perlu melihat hal-hal yang buruk atau mengurangi pahala puasa. Dan yang terpenting, kita tidak perlu menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting.
  • Sibuk road show dari bukber yang satu ke yang lain, atau sahur keliling
Sesekali menghadiri acara buka bersama dengan maksud untuk bersilaturahmi adalah juga bagian dari hikmah berpuasa. Namun kalau kita malah disibukkan dengan jadwal buka bersama yang padat hingga kita melalaikan shalat. Itu namanya celaka…
  • Mudik menjadi alasan untuk tidak berpuasa dan shalat
Ritual tahunan mudik seringkali menjadi pembenaran orang-orang untuk tidak berpuasa dan shalat. Alasannya karena mereka adalah musafir. Memang benar Allah memberikan keringanan bagi mereka yang sedang dalam perjalanan untuk tidak berpuasa dan menggabungkan/meringkas bilangan rakaat shalat bila telah mencapai jarak 88,704 km.
  • Sibuk memperbaharui pakaian, rumah, mobil, dan lain-lain tanpa berminat untuk memperbaharui Iman-Islam
Sebagian besar dari kita mementingkan hal-hal duniawi untuk menyambut hari yang Fitri. Bagi mereka pakaian baru serba putih, sepatu baru, cat rumah baru, dan lain-lain sebagainya adalah salah satu cara pengejawantahan arti kembali suci.

Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah setelah sebulan penuh di ’gojlok’ di bulan Ramadhan. Menjadi manusia baru yang lebih baik. Jangan sampai berakhir Ramadhan, berakhir pula tadarus, amal, shalat dan ibadah-ibadah lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar