Budidaya lobster air tawar merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harganya di pasaran cukup tinggi, sekitar 100 ribu rupiah per kilogram, membuat budidaya lobster air tawar menjanjikan keuntungan bila dilakukan dengan teknik yang benar.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat. Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang. Keluar di pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang Hardi. Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit. Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara alami berupa plankton. Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah pepaya dan pelet. Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi, namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram. Harga jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan keuntungan.
Dalam pembudidayaan Lobster Air Tawar seorang awampun dapat melakukannya karena LAT ini cara budidayanya hampir sama dengan memelihara ikan pada umumnya hanya saja perlu extra perhatian, karena LAT ini mengalami pergantian kulit atau molting dan sifatnya yang kanibal.
Syarat Hidup :
Air Tawar
Suhu air 24-32 derajat celcius
PH air Optimal 7 toleransi 6,5 - 8
Kadar Zat kimia seperti Fe,Zn,Mg, dll harus minimal
Wadah/tempat pemeliharaan :
Aquarium 75cm-100cmx50cmx40cm ( p x l x t ) utk 1set indukan (5betina, 3jantan) jumlah disesuaikan dg kebutuhan (aquarium pemijahan, Karantina & penetesan)
Rak untuk Aquarium jumlah tingkat disesuaikan dengan kebutuhan
Pompa air (power head), dan atau pompa udara (aerator)
Kolam semen, bak fiber, kolam terpal, box atau kontainer, dll
Kolam tanah (ini sangat dianjurkan utk pembesaran/utk LAT Konsumsi)
Media sembunyian : paralon/pipa, roster,tali rafia, waring, karung sayuran/bawang,daun-daunan,ijuk, tanaman air dll
Budidaya LAT Dibagi 2
Pembenihan ((Hatchery), yaitu memelihara indukan dan menghasilkan bibit (ukuran 2 inch up atau 5 – 7 cm, diukur dari ujung ekor sampai ujung kepala).
Pembesaran (Raiser), yaitu memelihara bibit dan menghasilkan lobster konsumsi (berat rata2 100gram/ekor, ukuran rata-rata 6 inch).
Cara Pemeliharaan :
Pengontrolan kwalitas air
Pemberian Pakan yang teratur (10% dr total berat badan LAT) dapat berupa pelet udang, sayuran, bekicot, cacing sutra dalam hal ini LAT adalah bersifat Omnivora (pemakan segala)
Penyortiran : Penyeragaman ukuran Lobster dalam satu kolam, penyortiran indukan yang bertelur,kena penyakit, molting dan atau kelamin.
Pakan
Sebenarnya untuk pakan LAT ini sangat mudah karena LAT adalah Omnivora (pemakan segala) hanya saja yang menjadi acuan kandungan proteinnya apakah cukup atau tidak, utk pakan yang baik kandungan proteinnya 20%-40% dan apakah pakan ini mudah busuk atau tidak dan memiliki aroma yang menarik bagi lobster karena lobster mencari makan menggunakan indra penciuman dan memiliki nutrisi-nutrisi yang baik untuk pertumbuhan LAT.
Pakan lobster bisa berupa : Pakan Alami seperti kutu air,jentik nyamuk,cacing rambut,cacing sutra, cacing tanah, dll. Pakan Buatan seperti Pelet.
Kelamin Lobster dalam Hal Ini Red claw
Syarat Hidup :
Air Tawar
Suhu air 24-32 derajat celcius
PH air Optimal 7 toleransi 6,5 - 8
Kadar Zat kimia seperti Fe,Zn,Mg, dll harus minimal
Wadah/tempat pemeliharaan :
Aquarium 75cm-100cmx50cmx40cm ( p x l x t ) utk 1set indukan (5betina, 3jantan) jumlah disesuaikan dg kebutuhan (aquarium pemijahan, Karantina & penetesan)
Rak untuk Aquarium jumlah tingkat disesuaikan dengan kebutuhan
Pompa air (power head), dan atau pompa udara (aerator)
Kolam semen, bak fiber, kolam terpal, box atau kontainer, dll
Kolam tanah (ini sangat dianjurkan utk pembesaran/utk LAT Konsumsi)
Media sembunyian : paralon/pipa, roster,tali rafia, waring, karung sayuran/bawang,daun-daunan,ijuk, tanaman air dll
Budidaya LAT Dibagi 2
Pembenihan ((Hatchery), yaitu memelihara indukan dan menghasilkan bibit (ukuran 2 inch up atau 5 – 7 cm, diukur dari ujung ekor sampai ujung kepala).
Pembesaran (Raiser), yaitu memelihara bibit dan menghasilkan lobster konsumsi (berat rata2 100gram/ekor, ukuran rata-rata 6 inch).
Cara Pemeliharaan :
Pengontrolan kwalitas air
Pemberian Pakan yang teratur (10% dr total berat badan LAT) dapat berupa pelet udang, sayuran, bekicot, cacing sutra dalam hal ini LAT adalah bersifat Omnivora (pemakan segala)
Penyortiran : Penyeragaman ukuran Lobster dalam satu kolam, penyortiran indukan yang bertelur,kena penyakit, molting dan atau kelamin.
Pakan
Sebenarnya untuk pakan LAT ini sangat mudah karena LAT adalah Omnivora (pemakan segala) hanya saja yang menjadi acuan kandungan proteinnya apakah cukup atau tidak, utk pakan yang baik kandungan proteinnya 20%-40% dan apakah pakan ini mudah busuk atau tidak dan memiliki aroma yang menarik bagi lobster karena lobster mencari makan menggunakan indra penciuman dan memiliki nutrisi-nutrisi yang baik untuk pertumbuhan LAT.
Pakan lobster bisa berupa : Pakan Alami seperti kutu air,jentik nyamuk,cacing rambut,cacing sutra, cacing tanah, dll. Pakan Buatan seperti Pelet.
Kelamin Lobster dalam Hal Ini Red claw
Ciri Lobster jantan: capit lebih besar, di ujung capit ada lis berwarna orange/merah, di pangkal kaki terakhir ada tonjolan berupa alat kelamin.
Ciri Lobster Betina: capit lebih kurus dan polos, di pangkal kaki ketiga ada bulatan bening berupa alat kelamin.
Untuk Yabby hampir sama dengan Red claw hanya saja dicapit yang jantan tidak ada strip merahnya, capit betina hampir sama besar dengan yang jantan hanya lebih kecil sedikit.
Untuk Clarkii letak kelamin sama dengan red claw hanya untuk yang jantan dapat dilihat juga dengan adanya empat kaki didekat kaki renangya.
Indukan LAT
Indukan LAT yang baik/berkwalitas dapat dilihat dari penampilannya yang sehat, berwarna cerah, mempunyai organ yang lengkap dan berukuran besar. Indukan biasanya sudah berukuran 50-70gr yang berumur 6bulan dan bukan dari hasil kawin sedarah (inbreeding). Indukan yang di rekomendasikan adalah yang berukuran 5 inch up (5.5") hanya saja biasanya ukuran4 inch up sudah bisa dipijahkan karena ukuran sebesar ini biasanya masih subur-suburnya (suka kawin) bisa dibilang lagi ganjen-ganjennya...........
Pembenihan/Pemijahan
Wadah pembenihan/pemijahan dapat disesuaikan dengan lokasi dan dana yang tersedia, wadah bisa aquarium yang biasanya diisi hanya dengan satu set Indukan (5betina, 3jantan) dengan ukuran 100cmx50cmx40cm, kolam semen untuk pemijahan massal. Biasanya untuk pemijahan/pembenihan ini kita juga harus menyediakan wadah utk Pengeraman, penetasan (utk wadah penetasan bisa pake wadah pengeraman, jd setelah burayak turun gendong hanya indukannya saja yg dipisah), dan wadah karantina (satu aquarium bisa disekat-sekat) untuk indukan setelah burayak turun gedongannya.
PERGANTIAN KULIT LOBSTER AIR TAWAR
PERGANTIAN KULIT LOBSTER AIR TAWAR
Setiap mahluk hidup pasti tumbuh. Proses itu menghasilkan perubahan tubuh, yaitu bertambah besar dan bertambah berat. Bersamaan itu pula terjadinya perubahan struktur tubuh, terutama tubuh bagian luar. Ini terjadi pula pada lobster air tawar. Namun tubuh lobster tak berkulit melainkan terbungkus oleh cangkang tua yang keras, bila sudah lama.
Pada saat tubuh bertambah besar maka cangkang sudah tak cukup lagi untuk menutup bagian tubuh itu, sehingga cangkang itu harus dibuang, terkelupas dengan sendirinya, kemudian berganti dengan cangkang yang baru yang lebih muda, dan elastis. Ini hanya terjadi pada udang, dan proses ini disebut dengan istilah moulting.
Menurut Iskandar (2008), dalam siklus hidu lobster, pertumbuhan hanya terjadi di bagian tubuh saja, tidak terjadi dengan cangkangnya. Cangkang tidak akan muat ketikan tubuh lobster semakin bertambah besar. Oleh sebab itu, lobster perlu membuang cangkangnya dan mengganti dengan cangkang yang baru. Karena pertumbuhan terus terjadi, maka moultingpun akan terus terjadi.
Selama hidupnya, lobster mengalami moulting hingga puluhan kali. Moulting mulai terjadi pada umur 2 -3 minggu. Frekwensi tertinggi terjadi sebelum loster dewasa, berumur 6 – 7 bulan, dibanding dengan lobster yang sudah dewasa (mochamad nasocha, 2009). Lobster dewasa terutama induk jantan maupun betina akan moulting lagi setelah 2 – 3 kali melakukan perkawinan.
Dua hingga tiga jam sebelum moulting, lobster nampak gelisah, dan tidak mau makan. Keadaan ini menyebabkan kondisi tubuhnya menjadi lemah. Pada saat ini diperkirakan lobster mengeluarkan aroma yang merangsang lobster lain untuk makan. Karena salah satu sifat jelek dari hewan ini adalah kanibalisme.
Dalam www.lobsternasocha.blogspot.com (2009) dinyatakan bahwa pergantian kulit pada lobster merupakan saat yang rawan. Tanda-tanda yang terlihat adaloah lobster cenderung tidak aktif dan berdiam di tempat persembunyiannya. Selain itu pergerakannya lamban dan kulitnya nampak keruh. Setelah proses moulting terjadi, kulit lobster akan lembut. Untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula perlu waktu 24 jam.
Selanjutnya dalam situs itu menerangkan tentang proses terjadinya moulting. Ada empat tahapan dalam moulting : A. Proecdysis. Merupakan tahap persiapan moulting. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith diikuti dengan pembentukan kulit baru. B. Ecdysis. Merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru keluar, kutiler lobster dalam keadaan masih lembut. Pada fase ini terjadi penyerapan air secara cepat oleh tubuh lobster. C. Mecedysis, merupakan tahap pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel baru sebagai bahan krangka luar. Lobster sudah akan mulai makan. Pembentukan jaringan disertai dengan peningkatan sintesis protein dan DNA. Jaringan sudah mulai mengganti air yang diserap pada fase sebelumnya. D. Intermolt, merupakan fase antar moulting. Kerangka dan pertumbuhan jaringan akan selesai serta mulai mengubah metabolisme untuk pemenuhan cadangan energi yang disimpan dalam hepatopancreas yang akan digunakan untuk proses moulting berikutnya
menurut mochamad nasocha (2009), moulting berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan. Selain itu moulting juga berperan dalam proses pematangan gonad, sehingga betina dapat memproduksi telur dan jantan dapat meproduksi sperma. Selanjutnya, keduanya menyatakan bahwa moulting juga berperan dalam menumbuhkan kembali organ yang cacat.
menurut mochamad nasocha dan mochamad vahrodin (2009), selain pertumbuhan, pemicu moulting bisa juga akibat perubahan air. Perubahan air yang mendadak bisa menyebabkan lobster stress. Kondisi ini menjadikan terjadinya perubahan pada struktur daging dan cangkang, yang akhirnya dapat menyebabkan terpisahnya bagian cangkang dengan daging tersebut
KEBIASAAN MAKAN LOBSTER AIR TAWAR
Pada saat tubuh bertambah besar maka cangkang sudah tak cukup lagi untuk menutup bagian tubuh itu, sehingga cangkang itu harus dibuang, terkelupas dengan sendirinya, kemudian berganti dengan cangkang yang baru yang lebih muda, dan elastis. Ini hanya terjadi pada udang, dan proses ini disebut dengan istilah moulting.
Menurut Iskandar (2008), dalam siklus hidu lobster, pertumbuhan hanya terjadi di bagian tubuh saja, tidak terjadi dengan cangkangnya. Cangkang tidak akan muat ketikan tubuh lobster semakin bertambah besar. Oleh sebab itu, lobster perlu membuang cangkangnya dan mengganti dengan cangkang yang baru. Karena pertumbuhan terus terjadi, maka moultingpun akan terus terjadi.
Selama hidupnya, lobster mengalami moulting hingga puluhan kali. Moulting mulai terjadi pada umur 2 -3 minggu. Frekwensi tertinggi terjadi sebelum loster dewasa, berumur 6 – 7 bulan, dibanding dengan lobster yang sudah dewasa (mochamad nasocha, 2009). Lobster dewasa terutama induk jantan maupun betina akan moulting lagi setelah 2 – 3 kali melakukan perkawinan.
Dua hingga tiga jam sebelum moulting, lobster nampak gelisah, dan tidak mau makan. Keadaan ini menyebabkan kondisi tubuhnya menjadi lemah. Pada saat ini diperkirakan lobster mengeluarkan aroma yang merangsang lobster lain untuk makan. Karena salah satu sifat jelek dari hewan ini adalah kanibalisme.
Dalam www.lobsternasocha.blogspot.com (2009) dinyatakan bahwa pergantian kulit pada lobster merupakan saat yang rawan. Tanda-tanda yang terlihat adaloah lobster cenderung tidak aktif dan berdiam di tempat persembunyiannya. Selain itu pergerakannya lamban dan kulitnya nampak keruh. Setelah proses moulting terjadi, kulit lobster akan lembut. Untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula perlu waktu 24 jam.
Selanjutnya dalam situs itu menerangkan tentang proses terjadinya moulting. Ada empat tahapan dalam moulting : A. Proecdysis. Merupakan tahap persiapan moulting. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith diikuti dengan pembentukan kulit baru. B. Ecdysis. Merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru keluar, kutiler lobster dalam keadaan masih lembut. Pada fase ini terjadi penyerapan air secara cepat oleh tubuh lobster. C. Mecedysis, merupakan tahap pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel baru sebagai bahan krangka luar. Lobster sudah akan mulai makan. Pembentukan jaringan disertai dengan peningkatan sintesis protein dan DNA. Jaringan sudah mulai mengganti air yang diserap pada fase sebelumnya. D. Intermolt, merupakan fase antar moulting. Kerangka dan pertumbuhan jaringan akan selesai serta mulai mengubah metabolisme untuk pemenuhan cadangan energi yang disimpan dalam hepatopancreas yang akan digunakan untuk proses moulting berikutnya
menurut mochamad nasocha (2009), moulting berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan. Selain itu moulting juga berperan dalam proses pematangan gonad, sehingga betina dapat memproduksi telur dan jantan dapat meproduksi sperma. Selanjutnya, keduanya menyatakan bahwa moulting juga berperan dalam menumbuhkan kembali organ yang cacat.
menurut mochamad nasocha dan mochamad vahrodin (2009), selain pertumbuhan, pemicu moulting bisa juga akibat perubahan air. Perubahan air yang mendadak bisa menyebabkan lobster stress. Kondisi ini menjadikan terjadinya perubahan pada struktur daging dan cangkang, yang akhirnya dapat menyebabkan terpisahnya bagian cangkang dengan daging tersebut
KEBIASAAN MAKAN LOBSTER AIR TAWAR
Dilihat dari kebiasaan makanan (food habit), hewan dibagi dalam tiga golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan (carnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora). Ikan mas termasuk herbivora atau ikan yang sepanjang hidupnya pemakan tumbuhan. Menurut Rita Suryani (2005) lobster air tawar tergolong karnivora, yaitu pemakan segala, baik tumbuhan maupun hewan.
Lobster air tawar dapat memakan bahan hewani, seperti cacing sutera, cacing air, cacing tanah dan zooplankton. Sementara bahan nabati yang sangat disukai adalah tanaman air, sperti lumut, akar salada air dan tanaman air lainnya. Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) selain pakan alami segar, lobster juga menyukai pakan buatan, terutama pelet.
Sedangkan menurut Iskandar (2003), selain lumut dan cacing, lobster juga suka dengan biji-bijian, ubi-ubian dan bangkai binatang. Sebelum memangsa makanan, lobster mendeteksi makanan itu dengan antena pada kepala, kemudian jika makanan itu sudah sesuai dengan keinginan, mangsa akan ditangkap dengan capitnya yang kuat dan kokoh. Setelah itu, mangsa diserahkan pada kaki jalan pertama, yang berfungsi sebagai tangan, dan siap dikonsumsi.
Karena pelet khusus lobster jarang, maka pelet lain juga bisa diberikan, tapi kandungan protein pakan tersebut harus berkisar antara 30 – 40 persen. Menurut Iskandar (2003), jenis pelet komersil untuk lobster air tawar adalah pelet untuk windu dan udang galah. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 3 persen/hari dari bobot tubuh.
Dilihat dari kebiasaan makan, ikan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu floating feeder, midle feeder dan bottom feeder. Ikan nila termasuk floating feeder, karena terbiasa makan di permukaan. Tambakan termasuk midle feeder, karena terbiasa makan di tengah perairan.
Sedangkan lobster air tawar termasuk bottom feeder, yaitu pemakan dasar. Selain bottom feeder, lobster juga fasif dalam mencari makan, dan lebih banyak dilakukan pada malam hari, atau dikenal dengan sebutan nocturnal animal. Karena sifat itu, maka pemberian pakan untuk lobster harus lebih banyak untuk malam hari.
Lobster air tawar dapat memakan bahan hewani, seperti cacing sutera, cacing air, cacing tanah dan zooplankton. Sementara bahan nabati yang sangat disukai adalah tanaman air, sperti lumut, akar salada air dan tanaman air lainnya. Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) selain pakan alami segar, lobster juga menyukai pakan buatan, terutama pelet.
Sedangkan menurut Iskandar (2003), selain lumut dan cacing, lobster juga suka dengan biji-bijian, ubi-ubian dan bangkai binatang. Sebelum memangsa makanan, lobster mendeteksi makanan itu dengan antena pada kepala, kemudian jika makanan itu sudah sesuai dengan keinginan, mangsa akan ditangkap dengan capitnya yang kuat dan kokoh. Setelah itu, mangsa diserahkan pada kaki jalan pertama, yang berfungsi sebagai tangan, dan siap dikonsumsi.
Karena pelet khusus lobster jarang, maka pelet lain juga bisa diberikan, tapi kandungan protein pakan tersebut harus berkisar antara 30 – 40 persen. Menurut Iskandar (2003), jenis pelet komersil untuk lobster air tawar adalah pelet untuk windu dan udang galah. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 3 persen/hari dari bobot tubuh.
Dilihat dari kebiasaan makan, ikan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu floating feeder, midle feeder dan bottom feeder. Ikan nila termasuk floating feeder, karena terbiasa makan di permukaan. Tambakan termasuk midle feeder, karena terbiasa makan di tengah perairan.
Sedangkan lobster air tawar termasuk bottom feeder, yaitu pemakan dasar. Selain bottom feeder, lobster juga fasif dalam mencari makan, dan lebih banyak dilakukan pada malam hari, atau dikenal dengan sebutan nocturnal animal. Karena sifat itu, maka pemberian pakan untuk lobster harus lebih banyak untuk malam hari.
0 komentar:
Posting Komentar